Akhlak tercela (Akhlakul mazmumah), yaitu segala tingkah laku yang
tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut sangat di benci oleh
Allah SWT.
1. Kufur
2. Riya’
3. Nifaq
4. Syirik
5. Sombong
Definisi Kufur
kufur
secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya.
1. Jenis Kufur
Kufur ada dua jenis : Kufur Besar dan Kufur Kecil
a. Kufur Besar
Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam
• Kufur Karena Mendustakan
Dalilnya adalah firman Allah.
‘Artinya
: Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang
mengada-adakan dusta terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala
yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah dalam Neraka Jahannam itu ada
tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut : 68]
• Kufur Karena Enggan dan Sombong, Padahal Membenarkan.
Dalilnya firman Allah.
“Artinya
: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, ‘Tunduklah
kamu kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan
congkak dan adalah ia termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah : 34]
• Kufur Karena Ragu
Dalilnya adalah firman Allah.
“Artinya
: Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap dirinya sendiri ;
ia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan
aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku
dikembalikan kepada Rabbku, niscaya akan kudapati tempat kembali yang
baik” Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, ‘Apakah engkau kafir
kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku
(percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku dan aku tidak menyekutukanNya dengan
sesuatu pun” [Al-Kahfi : 35-38]
• Kufur Karena Berpaling
Dalilnya adalah firman Allah.
“Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada mereka” [Al-Ahqaf : 3]
• Kufur Karena Nifaq
Dalilnya adalah firman Allah
“Artinya
: Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahirnya lalu
kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu
mereka tidak dapat mengerti” [Al-Munafiqun : 3]
• Kufur Kecil
Kufur
kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang
disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur,
tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat,
sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya.
“Artinya :
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl : 83]
Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya
: Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah
suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya
: Janganlah kalian sepeninggalku kembali lagi menjadi orang-orang
kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim]
Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya
: Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat
kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan
oleh Al-Hakim]
Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman.
“Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan
dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178]
Allah
tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang
beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak
melakukan) qishash.
Allah berfirman
“Artinya :
Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang
diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang
baik (pula)” Al-Baqarah : 178]
Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama, berdasarkan firman Allah.
“Artinya
: Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah
Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang
mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat :
9-10]
Pengertian Riya'
Riya’ merupakan mashdar
dari raa-a yuraa-i yang maknanya adalah melakukan suatu amalan agar
orang lain bisa melihatnya kemudian memuji. Termasuk ke dalam riya’ juga
yaitu sum’ah, yakni agar orang lain mendengar apa yang kita lakukan
lalu kitapun dipuji dan tenar.
Riya’ dan semua derivatnya itu merupakan akhlaq yang tercela dan merupakan sifat orang-orang munafiq. Allah berfirman:
“Dan
apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisaa’: 142)
Riya’ ini termasuk syirik ashgar namun terkadang bisa juga
sampai pada derajat syirik akbar. Al-Imam Ibnul Qayyim berkata ketika
memberikan perumpamaan untuk syirik ashgar: “Syirik ashgar itu seumpama
riya’ yang ringan.”
Perkataan beliau ini mengindikasikan
bahwa ada riya’ yang berat yang bisa sampai pada derajat syirik akbar,
wallahu a’lam.
Suatu ibadah yang tercampuri oleh riya’, maka tidak lepas dari tiga 3 keadaan:
1.
Yang menjadi motivator dilakukannya ibadah tersebut sejak awal adalah
memang riya’ seperti misalnya seorang yang melakukan sholat agar manusia
melihatnya sehingga disebut sebagai orang yang shalih dan rajin
beribadah. Dia sama sekali tidak mengharapkan pahala dari Allah. Yang
seperti ini jelas merupakan syirik dan ibadahnya batal.
2.Riya
tersebut muncul di tengah pelaksanaan ibadah. Yakni yang menjadi
motivator awal sebenarnya mengharapkan pahala dari Allah namun kemudian
di tengah jalan terbersit lah riya’. Yang seperti ini maka terbagi dalam
dua kondisi:
a.Jika bagian akhir ibadah tersebut
tidak terikat atau tidak ada hubungannya dengan bagian awal ibadah, maka
ibadah yang bagian awal sah sedangkan yang bagian akhir batal.
Contohnya seperti yang disampaikan yaitu seseorang bershadaqah dengan
ikhlash sebesar 100 ribu, kemudian dia melihat di dompet masih ada sisa,
lalu dia tambah shodaqahnya 100 ribu kedua namun dicampuri riya. Nah
dalam kondisi ini, 100 ribu pertama sah dan berpahala sedangkan 100 ribu
yang kedua gugur.
b.Jika bagian akhir ibadah tersebut terikat atau berhubungan dengan bagian awalnya maka hal ini juga terbagi dalam dua keadaan:
Kalau
pelakunya melawan riya’ tersebut dan sama sekali tidak ingin terbuai
serta berusaha bersungguh-sungguh untuk tetap ikhlash sampai ibadahnya
selesai, maka bisikan riya’ ini tidak akan berpengaruh sama sekali
terhadap nilai pahala ibadah tersebut. Dalilnya adalah sabda Nabi:
“Sesungguhnya
Allah memaafkan umatku akan apa yang terbersit di benaknya selama hal
itu belum dilakukan atau diucapkan.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Contohnya
adalah seseorang yang sholat dua rakaat dan sejak awal ia ikhlas karena
Allah semata. Pada rakaat kedua terbersitlah riya di hatinya lataran
dia sadar ada orang yang sedang memperhatikannya. Namun ia melawannya
dan terus berusaha agar tetap ikhlash karena Allah semata. Nah yang
demikian ini maka shalatnya tidak rusak insya Allah dan dia tetap akan
mendapatkan pahala sholatnya.
Pelakunya tidak berusaha melawan
riya’ yang muncul bahkan larut dan terbuai di dalamnya. Yang demikian
ini maka rusak dan gugur pahala ibadahnya. Contohnya adalah seperti yang
disebutkan yaitu seseorang shalat maghrib ikhlash karena Allah semata.
Di rakaat kedua muncul lah riya’ di hatinya. Nah kalau dia ini hanyut
dalam riya’nya dan tidak berusaha melawan maka gugurlah sholatnya.
3.Riya
tersebut muncul setelah ibadah itu selesai dilaksanakan. Yang demikian
ini maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ibadahnya tadi.
Namun
perlu dicatat, jika apa yang dilakukan adalah sesuatu yang mengandung
benih permusuhan seperti misalnya al-mannu wal adzaa dalam bershadaqah,
maka yang demikian ini akan menghapus pahalanya. Allah berfirman:
Artinya
: “Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan
menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak
berimana kepada Allah dan hari kemudian.” (Al-Baqarah: 264)
Bukan
termasuk riya’ seseorang yang merasa senang apabila ibadahnya diketahui
orang lain setelah ibadah itu selesai ditunaikan. Dan bukan termasuk ke
dalam riya juga apabila seseorang merasa senang dan bangga dalam
menunaikan suatu keta’atan, bahkan yang demikian ini termasuk bukti
keimanannya. Nabi bersabda: “Barangsiapa yang kebaikannya membuat dia
senang serta kejelekannya membuat dia sedih, maka dia adalah seorang
mu’min (sejati).” (HR. At-Tirmidzi dari Umar bin Khaththab)
Dan Nabi
pernah ditanya yang semisal ini kemudin bersabda: “Yang demikian itu
merupakan kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mu’min.” (HR.
Muslim dari Abu Dzar).
Definisi Nifaq
Menurut bahasa:
“Nafiqaa”: salah satu lobang tempat keluarnya yarbu (hewan sejenis
tikus) dari sarangnya, dimana jika ia dicari dari lobang yang satu, ia
akan keluar dari lobang yang satunya.
“Nafaq”: lobang tempat bersembunyi
Menurut syara’: menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
Jenis Nifaq
a) Nifaq I’tiqadi (keyakinan)
Ada 4 macam:
1. Mendustakan Rasulullah atau mendustakan sebagaian dari apa yang beliau bawa
2. Membenci Rasulullah atau membenci sebagian apa yang beliau bawa
3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah
4. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah
b) Nifaq Amali (Perbuatan)
Perbedaan antara Nifaq besar dan Nifaq kecil
1. Nifaq besar : Mengeluarkan pelakunya dari agama Islam
Nifaq kecil : Tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam
2. Nifaq besar : Berbedanya yang lahir dgn yang bathin dalam hal keyakinan
Nifaq kecil : Berbedanya yang lahir dengan yang bathin dalam hal perbuatan
3. Nifaq besar : Tidak terjadi dari seorang mu’min
Nifaq kecil : Bisa terjadi dari seorang mu’min
4. Nifaq besar : Pada ghalibnya pelaku nifaq besar tidak bertaubat
Nifaq kecil : Pelakunya dapat bertaubat kepada Allah, sehingga Allah menerima taubatnya
Definisi Syirik
Syirik
yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan
Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya menyekutukan dalam
Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah,
seperti berdo'a kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah, atau
memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban),
bernadzar, berdo'a dan sebagainya kepada selainNya.
Karena itu,
barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak
pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu
merupakan kezhaliman yang paling besar.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar"[ Luqman: 13]
Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepadaNya, jika ia meninggal dunia dalam kemusyrikannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya
: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar".[An-Nisaa': 48]
Surga-pun Diharamkan Atas Orang Musyrik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya
: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan Surga kepadanya, dan tempatnya ialah Neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun"[
Al-Maa-idah: 72]
Syirik Menghapuskan Pahala Segala Amal Kebaikan.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
"Artinya
: Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan" [Al-An'am: 88]
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya
: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi)
sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi" [Az-Zumar: 65]
Orang Musyrik Itu Halal Darah Dan Hartanya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya
: ...Maka bunuhlah orang-orang musyirikin dimana saja kamu jumpai
mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat
pengintaian..."[At-Taubah: 5]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya
: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi
bahwa tiada sesembahan yang haq melainkan Allah dan bahwa Muhammad
utusan Allah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah
melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka aku lindungi kecuali
dengan hak Islam dan hisab mereka ada pada Allah Azza wa jalla"
Syirik adalah dosa besar yang paling besar, kezhaliman yang paling zhalim dan kemungkaran yang paling mungkar.
JENIS-JENIS SYIRIK
Syirik Ada Dua Jenis : Syirik Besar dan Syirik Kecil
• Syirik Besar
Syirik
besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya
kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat
daripadanya.
Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk
ibadah kepada selain Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah atau
mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk
selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap
sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat.
Syirik Besar Itu Ada Empat Macam
a. Syirik Do'a, yaitu di samping dia berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ia juga berdo'a kepada selainNya.
b. Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
c. Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah
d. Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan.
• Syirik Kecil.
Syirik
kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia
mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik Kecil Ada Dua Macam
a.
Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain
Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik"
Qutailah
Radhiyallahuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan berkata: "Sesungguhnya kamu
sekalian melakukan perbuatan syirik. Kamu mengucapkan: "Atas kehendak
Allah dan kehendakmu" dan mengucapkan: "Demi Ka'bah". Maka Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para Shahabat apabila hendak
bersumpah supaya mengucapkan, "Demi Allah Pemilik Ka'bah" dan
mengucapkan: "Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu"
Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.
"Kalau bukan karena kehendak Allah dan kehendak fulan"
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah.
"Kalau bukan karena kehendak Allah, kemudian karena kehendak si fulan"
Kata (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.
b.
Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat,
seperti riya' (ingin dipuji orang) dan sum'ah (ingin didengar orang) dan
lainnya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya
yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. "Mereka (para
Shahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?" .Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'"
Definisi Sombong
SOMBONG
bererti terasa kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri sendiri,
kemudian ditambah dengan sifat suka menghina dan merendahkan orang lain.
Orang sombong memandang rendah manusia lain kerana berasakan sesuatu
kelebihan yang ada pada diri mereka.
Begitulah sombongnya Iblis
yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Tidak cukup dengan kesombongannya
kepada Allah, lalu ia menempelak: “Mana bisa aku bersujud kepada
manusia, kerana aku dijadikan dari api yang mulia, sedangkan Adam
dijadikan dari tanah yang hina.
Penyakit sombong akan menyerang
sesiapa saja, baik lelaki atau perempuan, golongan bangsawan atau
bawahan, berjawatan tinggi ataupun pengemis di jalanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Aku
akan belokkan dari keterangan-Ku, orang yang menyombongkan dirinya di
muka bumi, di luar kebenaran.” (Surah al-A’raaf, ayat 146)
Sombong
yang paling keji ialah bersifat sombong terhadap Allah. Tercatat dalam
al-Quran, antara manusia yang pernah sombong terhadap Allah ialah Namrud
yang ingin memerangi tuhan, keduanya Raja Firaun yang pernah mengaku
dirinya Tuhan.
Allah berfirman yang bermaksud:
“Sesungguhnya,
orang yang menyombongkan dirinya dari menyembah Aku, akan masuk neraka
jahanam dengan kehinaan.” (Surah al-Mu’min, ayat 60)
Sombong yang
kedua ialah bersifat sombong kepada Rasul dan ajarannya seperti tidak
mengiktiraf rasul yang diutus Tuhan kerana kemiskinan dan kehinaan
keturunan, seperti Firaun yang mengaku dan menganggap dirinya tuhan,
tidak mengaku Nabi Musa rasul utusan Allah.
Begitu juga Abu Lahab serta kaum Quraisy yang enggan menerima Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman.
Oleh
itu mari kita memeriksa diri, apakah kita sudah dijangkiti virus
sombong ini atau tanpa diketahui kita adalah salah seorang penghidap
serius penyakit itu selama berpuluh tahun.
Iman Al-Ghazali
menyimpulkan ada tujuh cara untuk mengenali seseorang yang sedang dan
sudah menghidap penyakit hati yang merbahaya ini :
Pertama, kelebihan
seseorang kerana pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu
akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada dia menganggap semua orang
lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas
tetapi tidak diterimanya.
Orang sombong seumpama ini,
menghendaki dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di
khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa
meminta diberi layanan mulia.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:
“Tidak
akan masuk neraka, orang yang di dalam hatinya ada seberat sebiji sawi
darinya iman, dan tidak akan masuk syurga yang di dalam hatinya ada
seberat biji sawi darinya sombong.” (Hadis riwayat Muslim dan Abu Daud)
Keduanya
kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang
merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain
sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka.
Sedangkan mereka terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah SAW mengingatkan melalui sabda Baginda yang bermaksud:
“Bahawa
siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal salih, bererti sudah
tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.”
Jika
kita bersifat seperti ini, menghina orang yang tidak bersembahyang atau
apabila orang mengerjakan maksiat, lantas menggelengkan kepala dan
terdetik di dalam hati, “Apa nak jadi dengan kamu semua. Mengapa tidak
alim dan warak seperti aku,” maka kita adalah dalam kategori orang yang
berpenyakit sombong. Oleh itu, bersegeralah bertaubat atas kejelekan
akhlak.
Perkara ketiga yang membuatkan kita sombong ialah kerana ego
memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan,
suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan
keramat atau hebat.
Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti
kaum Bani Israel yang dilaknat Tuhan, seperti termaktub dalam al-Quran.
Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan,
konon keturunan mulia dikasihi tuhan.
Mereka rakus melakukan apa
saja termasuk membunuh golongan lemah kerana keegoan menganggap orang
lain tidak semulia mereka. Seandainya kita zalim, bangga dengan status
keturunan, maka kesombongan itu sama dengan kesombongan kaum Bani Israel
yang dilaknat tuhan.
Perkara keempat menjadikan kita beroleh sombong
ialah kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain
dengan hina, seperti merendah-rendah ciptaan Allah hingga sanggup
menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam
atau gemuk.
Sifat sombong kelima berpunca daripada kelebihan
harta diberi Allah membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan
yang ada, rumah besar, kereta mewah hingga memandang rendah orang yang
kurang berada.
Keenam, sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri.
Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga
boleh memakan kaca seperti mengunyah. Boleh menarik bas dan lori hanya
dengan gigi. Boleh dihempap badan dengan batu dan besi.
Akhirnya
yang ketujuh kata Imam Ghazali, ialah sombong dan berbangga kerana
ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim
berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga
dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak dan dijilat api.
Justeru,
hendaklah memeriksa diri sama ada tujuh perkara yang membawa kepada
penyakit sombong ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan
sendiri kerana penyakit sombong hanya akan memakan diri.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud:
“Orang
yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari
kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia,
kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari
Abu Hurairah).